Menteri Koordinator bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, pemerintah telah menyiapkan lima jaring pengaman sosial untuk menjaga generasi sandwich* tak masuk dalam angka kemiskinan.
Jaring pengaman sosial pertama yaitu jaminan kecelakaan kerja untuk para pekerja.
"Kemudian (kedua) jaminan kematian, terutama kematian pada waktu kerja, anaknya ditanggung sampai perguruan tinggi dari BPJS Tenaga Kerja," ujar Muhadjir saat ditemui di Kantor PP Muhammadiyah, pada hari Rabu, 03/05/2023.
Muhadjir mengatakan, tanggungan beasiswa ini sudah terealisasi di beberapa daerah ketika pekerja meninggal dunia dan meninggalkan anak.
"Saya kasihkan beberapa contoh di beberapa daerah, ketika ayahnya meninggal maka anaknya langsung ditanggung oleh BPJS TK itu, akan mendapatkan beasiswa sampai tamat perguruan tinggi," imbuh dia.
Ketiga, adanya jaminan pensiun untuk pekerja; keempat, jaminan hari tua; dan terakhir adalah jaminan kehilangan pekerjaan.
"Jadi ketika orang kena PHK, asal dia berada di perusahaan di dalam BPJS TK maka yang bersangkutan bisa mendapatkan uang dan ia bisa mendapatkan fasilitas Kartu Prakerja untuk meningkatkan keterampilannya," tutur Muhadjir.
Selain itu, pekerja yang dilakukan pemutusan hubungan kerja disediakan bantuan pinjaman modal dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) apabila ingin beralih menjadi pengusaha.
"Dengan lima bantalan ini, kita harapkan generasi sandwich ini akan aman, tidak sampai jatuh ke tingkat kemiskinan, apalagi kemiskinan ekstrem," kata dia.
Muhadjir sebelumnya mengatakan, angkatan kerja di Indonesia saat ini didominasi oleh generasi sandwich. "Indonesia adalah angkatan kerja kita, demografi kita sangat diwarnai angkatan kerja generasi sandwich itu," ujar Muhadjir.
Muhadjir mengatakan, generasi sandwich adalah generasi pertama dalam keluarganya yang memasuki dunia kerja formal.
Sedangkan orangtua mereka belum mengenal dunia kerja formal seperti saat ini sehingga tidak memiliki jaminan hari tua.
"Maka, ketika anaknya masuk ke dunia industri, dunia perusahaan menjadi pekerja, maka dia harus menanggung, bahkan bukan hanya orangtuanya, tapi sampai (menanggung) kakek-neneknya karena masih hidup," ucap Muhadjir.
Di sisi lain, pekerja laki-laki yang sudah berkeluarga memiliki tanggung jawab utama menghidupi anak dan istrinya. Sementara itu, untuk pekerja perempuan, menanggung suami dan anaknya.
"Jadi dia seperti sandwich," tutur dia.
Generasi ini dinilai rentan masuk dalam garis kemiskinan ketika terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).
Jika terjadi PHK pada generasi ini, ada kemungkinan keluarga mereka, mulai dari anak, istri, orangtua, hingga kakek-nenek mereka ikut menanggung akibatnya.
"Dan ini kalau misalnya terjadi pemutusan PHK, dia kehilangan pekerjaan otomatis kehilangan penghasilan, itu dampaknya tidak hanya ditanggung yang kena PHK saja, tetapi tadi itu, kakek nenek ayah ibu dan itu kemudian akan meningkatkan kemiskinan di Indonesia," tutur dia.
*Generasi sandwich atau generasi roti lapis, yakni orang yang terimpit sebagai lapisan tengah di antara orang-orang yang membutuhkan perawatan.
Shclesinger dan Raphael dalam jurnalnya tahun 1993 pernah menjelaskan bahwa studi mengenai generasi sandwich berawal pada tahun 1981 di California.
Kala itu, terdapat batasan subjek penelitian tentang generasi sandwich dengan kategori usianya, yaitu perempuan yang berada pada kategori middle age yakni berada pada kisaran umur 45-65 tahun.
Selanjutnya, di Toronto terdapat studi terkait generasi sandwich adalah dikategorikan tanpa membatasi usia individu untuk mengklasifikasikannya ke dalam generasi sandwich.
Karena impitan tersebut, generasi sandwich memiliki beban keuangan yang berlapis. Bila orang lain memulai keuangannya dari 0 atau bahkan plus- karena subsidi dari orang tua, generasi sandwich justru memulai perjalanan keuangannya dari minus, sebab mereka harus memberi dukungan keuangan kepada orang tuanya.
Peran ganda pada generasi sandwich atau sandwich generation artinya yaitu bertanggung jawab terhadap anaknya yang masih tinggal bersama di rumah dan juga bertanggung jawab atas orang tua serta mertuanya.
Dengan demikian, orang-orang yang termasuk dalam generasi sandwich maksudnya yaitu generasi yang tidak hanya mengurus diri dan pasangan sendiri.
Lebih dari itu, mereka juga turut menanggung beban generasi sebelum dan sesudahnya. Posisi yang berada di antara dua generasi itulah yang kemudian membuat seseorang diibaratkan seperti sandwich.
Itulah penjelasan sederhana mengenai generasi sandwich itu apa. Lantas apa dampak generasi sandwich? Sebelum itu, pahami dulu pengertian generasi sandwich menurut para ahli.
Generasi sandwich, menurut para ahli perlu menerapkan batasan khusus yaitu keberadaan anak dengan usia di atas 18 tahun dan memiliki tanggung jawab untuk menjaga/ merawat orangtua dan/atau mertuanya.
WR Hernandez, Marjanen P dan Riina K pada tahun 2019 menyepakati, sandwich generation artinya individu yang berada dalam kondisi fit untuk bekerja dan terjebak antara tanggung jawab keluarga dengan tanggung jawab profesional.
Adapun T Broady di tahun 2019 menjelaskan, generasi sandwich maksudnya yakni individu yang membagi sumber daya mereka untuk anak dan orang tuanya yang telah memasuki usia lanjut.
JN Migliaccio pada 2019 juga mengulas perkembangan terkait generasi sandwich itu apa. Ia menyoroti munculnya generasi milenial yang mulai berada di masa untuk merawat orang tuanya yang menua.
Dalam kondisi ini, maka dinamika definisi generasi sandwich bertransisi meluas menjadi kelompok generasi sandwich yang terdiri dari empat generasi keluarga yang saling ketergantungan satu sama lain dalam beberapa hal.
Keberadaan status generasi sandwich tidak terlepas dari adanya kewajiban menjaga keluarga di luar keluarga intinya. Ini menyebabkan sejumlah konsekuensi.
Status generasi sandwich membuat seseorang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan non-generasi sandwich. Inilah salah satu dampak generasi sandwich.
Pasalnya, jumlah tanggungan keluarga yang lebih banyak tersebut menyebabkan generasi sandwich memiliki kewajiban finansial yang cenderung lebih tinggi dan proporsi waktu luang yang lebih sedikit dibanding non-generasi sandwich.
Lebih lanjut, Solberg dan sejumlah rekannya pernah menyepakati, status sebagai generasi sandwich juga memberikan dampak negatif terhadap kondisi pernikahan, kesehatan, menimbulkan stres, kecemasan, dan kesedihan.
No comments:
Post a Comment